Kondisi semut
Pekerja semakin memburuk. Beberapa butir makanan tergeletak di atas meja tak
tersentuh olehnya. Tubuhnya kian kurus digerogoti berbagai macam penyakit
karena kondisi tubuhnya yang lemah. Kegiatannya pun terbengkalai, yang bisa ia
lakukan saat ini hanya merenung dan meratapi perbuatan sahabatnya, si semut
Prajurit.
Beberapa hari
yang lalu semut Prajurit yang gagah menjaga lumbung persediaan makanan.
Tubuhnya tegap bagaikan Prabu Anglingdarma yang mampu menjinakan burung garuda
raksasa. Badan pendeknya pernah memimpin satu koloni semut prajurit dalam
peperangan menghadapi pasukan belalang di celah ranting pohon kapuk.
Suatu malam
semut Prajurit diberi mandat oleh Ratu Semut untuk menjaga sebuah tempat yang
paling penting di koloni semut, yaitu lumbung persediaan makanan. Lumbung itu
digunakan untuk menyimpan makanan hingga musim dingin nanti.
Sekonyong-konyong
ekspresi wajah semut Prajurit beruba menjadi panik. Ternyata beberapa karung
makanan telah hilang, entah bagaimana itu bisa terjadi. Padahal matanya tidak
lepas sedetik pun dari lumbung tersebut.
“Celaka, ada
beberapa karung makanan yang hilang, lantas apa yang harus aku perbuat? Apa
yang harus aku katakan pada paduka Ratu?” semut meah berjalan mondar-mandir di
depan lumbung dengan suasana hati yang kalut. “Oh iya, aku kan mempunyai
sahabat yang baik hati, penyabar dan rendah diri. Hahaha...”, semut Prajurit
tertawa lantang, nampaknya ia mendapatkan sebuah rencana.
Kemudian
semut Prajurit menemui sahabatnya, semut Pekerja yang sedang bersitirahat di
sebuah daun. Ia menghampiri dengan wajah yang memelas. Semut pekerja yang
sedang beristirahat kaget melihat sahabatnya begitu lesu.
“Wahai sahabatku
semut Pekerja, maukah kamu menolongku sejenak?” pinta semut Prajurit dengan
lembut. Raut muka semut Prajurit dibuat sedemikian rupa hingga setiap semut
yang memandangnya kadang merasa iba.
“Baiklah
sahabatku, dengan senang hati aku akan menolongmu, karena enkaulah sahabat
terbaikku.” jawab semut pekerja dengan tulus. “Apa yang harus aku lakukan
sehingga bisa menghibur dan membuatmy senang?” tambah semut Pekerja.
“Permintaanku
sangatlah mudah wahai sahabatku, kau hanya pelu menggantikan tugasku menjaga
lumbung persediaan makanan untuk musim dingin sebentar saja,” kata semut
Prajurit dengan raut wajah memohon dan memelas. Padahal di dalam hatinya
tergambar perasaan puas dan gembira karena terbebas dari sebuah masalah. “Kau
cukup menggantikan tugasku selama 30 menit setelah itu akan datang menemuimu
kembali, dan tugasmu pun selesai dan kau telah membuat aku merasa bangga
padamu. Bukankah kau sahabat terbaikku wahai semut Pekerja?” kata-kata manis
pun terucap dari mulut semut Prajurit.
Dengan segala
kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam, semut Pekerja menerima pekerjaan
untuk menolong sahabatnya itu. Dengan senyuman ia menolong, dengan senyuman ia
bekerja, dan dengan senyuman pula ia membantu sahabat karibnya tanpa mengetahui
apa sebenarnya niat sahabatnya itu.
Waktu berjalan
singkat, tak terasa sudah 30 menit berlalu sejak semut Pekerja menjaga lumbung
itu untuk menggantikan pekerjaan sahabatnya. Sekonyong-konyong datang
sahabatnya, semut Prajurit bersama beberapa semut pengawal, juga sang paduka
Ratu turut datang bersamanya.
Ratu semut
memerintahkan beberapa pengawal menangkap semut pekerja. Tanpa pikir panjang
lagi, pengawal-pengawal itu pun segera menangkap dengan kasar, menyergap sigap
semua gerakan tubuh semut Pekerja, bak seekor singa yang tengah menerkam
mangsanya, menelan semua dengan matanya, dan mengoyak semua dengan taringnya.
Ia berusaha
berontak namun berkali-kali gagal, ia meminta pertolongan kepada sahabatnya
namun kembali gagal. Yang tersisa sekarang hanya air mata yang berlinang
mengalir keluar melalui celah kedua bola matanya. Putus asa pun menyapanya, ia
hanya bisa pasrah menerima.
Ketika semut Pekerja
menanyakan alasan mengapa ia ditangkap, dan ia mendapatkan alasan yang sangat
mengejutkan. Semut Pekerja ternyata dituduh mencuri pasokan makanan untuk musim
dingin yang disimpan di lumbung persediaan makanan. Terlebih lagi yang
membuatnya tambah shock adalah yang
melakukan semua ini adalah sahabat karibnya sendiri, semut Prajurit.
“Tidak mungkin,
aku bukan pelakunya! Aku hanya menggantikan tugas sahabatku saja!” bantah semut
Pekerja membela diri. Batinnya terpukul mendengar perkataan sang Ratu, dan
pembelaannya sia-sia belaka. Kepedihannya bertambah pekat karena melihat
sahabatnya hanya bisa tersenyum sinis kepadanya.
Alhasil, semut
Pekerja pun dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan mencuri makanan dari
lumbung persediaan makanan musim dingin. Kondisi jiwa dan raga semut Pekerja
menurun drastis saat ia dimasukan ke dalam penjara.
Waktu
berjalan, hari pun kian berganti. Berita tentang kondisi semut Pekerja pun
sampai ke telinga semut Prjaurit. “Aku tak menyangka bahwa akibatnya bisa
separah ini, aku menyesal telah melakukan ini kepada sahabatku sendiri.
Pokoknya aku harus meminta maaf kepadanya saat ia keluar dari penjara nanti,
meski kemungkinan tidak akan dimaafkan aku akan tetap mencoba.” gumam semut Prajurit
yang merasa bersalah akibat perbuatan yang telah dilakukannya.
Tahun demi tahun
berlalu sejak kejadian menyedihkan itu. Semut Pekerja sudah dibebaskan dari
penjara namun kondisi jiwa dan raganya sangatlah parah, bahkan seperti semut
yang sedang menghadapi sakaratul maut. Keadaan
bertambah ketika ia pulang ke rumahnya, semua tetangga dan temannya yang dulu
sangat akrab dengannya kini telah mengucilkannya. Kini dia adalah semut yang
dikucilkan, dibuang, dan dicerca oleh setiap semut.
“Aku datang untuk
memohon maaf atas semua kesalahan yang telah aku perbuat padamu, wahai sahabat
karibku semut Pekerja. Dengan segala hormat aku membuang semua martabat dan
harga diriku demi kamu seorang sahabatku,” sapa semut Prajurit ramah untuk
meminta maaf. Kata-katanya lembut bagaikan sang singa yang telah mencukur bulu
serta rambut yang menjadi mahkota kekuasaan atas semua hewan.
“Wahai sahabatku
yang baik, aku sangat menghormatimu sampai sekarang dan terus sampai nanti, dan
aku juga menghargai niat baikmu untuk meminta maaf secara tulus kepadaku.
Tetapi, maukah kau melakukan satu hal untukku?” tanya semut Pekerja lembut dan
lesu.
“Aku bersedia
melakukan apa pun yang kau inginkan wahai sahabatku, sebutkanlah apa
permintaanmu!” balas semut Prajurit tegas dan penuh kesiapan.
“Ambillah bantal
kapuk yang berada di bawah tempat tidurku ini. Bawalah ke atas pohon rambutan
itu, sesampainya di atas kau sebarkanlah helai demi helai kapuk yang kau bawa
itu!” perintah semut Pekerja sambil menunjuk ke arah pohon rambutan itu berada.
Tanpa pikir
panjang semut Prajurit melakukan semua yang diminta sahabatnya. Dia mengambil
bantal kapuk, lalu membawanya ke atas pohon rambutan, dan mulai menyebarkannya
ke segala arah. Kapuk pun berterbangan menuju angkasa luas tanpa ada yang
mengetahui tujuannya.
“Apakah kau
sudah melakukan semua yang aku pinta sahabatku?” tanya semut Pekerja.
“Sudah wahai
sahabatku yang ramah, aku sudah melakukannya sesuai dengan petunjukmu,” balas
semut Prajurit
“Kalau begitu,
ambilah helaian kapuk yang tadi kau tebarkan dan susun kembali menjadi sebuah
bantal!” jawab semut Pekerja lembut namun tegas.
“Mana mungkin
itu aku lakukan? Aku tidak bisa mengumpulkan semua kapuk itu kembali. Maaf
beribu maaf sahabatku, aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu yang satu ini,” jawab
semut Prajurit terheran-heran.
“Begitu juga
dengan perbuatan yang kau lakukan kepadaku, kau telah mencemarkan nama baikku
di depan Ratu, di depan tetangga, teman dan semua semut, bahkan kau jebloskan
aku ke penjara dengan memfitnahku,” semut Pekerja meluruskan semua permasalahan
yang dialaminya. “Semua perbuatan yang kau lakukan sudah tidak bisa
dikembalikan lagi seerti sedia kala, lalu apa gunanya minta maaf sekarang, jika
aku sudah memaafkanmu apa ada yang berubah?” tambah semut Pekerja.
Semut Prajurit terpana mendengar jawaban
sahabat karibnya, semut Pekerja. Mulut dan tubuhnya kaku memandang lesu pada
perbuatan yang dilakukannya di masa silam. Hanya linangan air mata yang
memberontak keluar dari kelopak matanya.
Curug
Cilember, 27 Juni 2010
14:49