Entri Populer

Jumat, 30 Maret 2012

Semut Pekerja dan Semut Prajurit


Kondisi semut Pekerja semakin memburuk. Beberapa butir makanan tergeletak di atas meja tak tersentuh olehnya. Tubuhnya kian kurus digerogoti berbagai macam penyakit karena kondisi tubuhnya yang lemah. Kegiatannya pun terbengkalai, yang bisa ia lakukan saat ini hanya merenung dan meratapi perbuatan sahabatnya, si semut Prajurit.
Beberapa hari yang lalu semut Prajurit yang gagah menjaga lumbung persediaan makanan. Tubuhnya tegap bagaikan Prabu Anglingdarma yang mampu menjinakan burung garuda raksasa. Badan pendeknya pernah memimpin satu koloni semut prajurit dalam peperangan menghadapi pasukan belalang di celah ranting pohon kapuk.
Suatu malam semut Prajurit diberi mandat oleh Ratu Semut untuk menjaga sebuah tempat yang paling penting di koloni semut, yaitu lumbung persediaan makanan. Lumbung itu digunakan untuk menyimpan makanan hingga musim dingin nanti.
Sekonyong-konyong ekspresi wajah semut Prajurit beruba menjadi panik. Ternyata beberapa karung makanan telah hilang, entah bagaimana itu bisa terjadi. Padahal matanya tidak lepas sedetik pun dari lumbung tersebut.
“Celaka, ada beberapa karung makanan yang hilang, lantas apa yang harus aku perbuat? Apa yang harus aku katakan pada paduka Ratu?” semut meah berjalan mondar-mandir di depan lumbung dengan suasana hati yang kalut. “Oh iya, aku kan mempunyai sahabat yang baik hati, penyabar dan rendah diri. Hahaha...”, semut Prajurit tertawa lantang, nampaknya ia mendapatkan sebuah rencana.
Kemudian semut Prajurit menemui sahabatnya, semut Pekerja yang sedang bersitirahat di sebuah daun. Ia menghampiri dengan wajah yang memelas. Semut pekerja yang sedang beristirahat kaget melihat sahabatnya begitu lesu.
“Wahai sahabatku semut Pekerja, maukah kamu menolongku sejenak?” pinta semut Prajurit dengan lembut. Raut muka semut Prajurit dibuat sedemikian rupa hingga setiap semut yang memandangnya kadang merasa iba.
“Baiklah sahabatku, dengan senang hati aku akan menolongmu, karena enkaulah sahabat terbaikku.” jawab semut pekerja dengan tulus. “Apa yang harus aku lakukan sehingga bisa menghibur dan membuatmy senang?” tambah semut Pekerja.
“Permintaanku sangatlah mudah wahai sahabatku, kau hanya pelu menggantikan tugasku menjaga lumbung persediaan makanan untuk musim dingin sebentar saja,” kata semut Prajurit dengan raut wajah memohon dan memelas. Padahal di dalam hatinya tergambar perasaan puas dan gembira karena terbebas dari sebuah masalah. “Kau cukup menggantikan tugasku selama 30 menit setelah itu akan datang menemuimu kembali, dan tugasmu pun selesai dan kau telah membuat aku merasa bangga padamu. Bukankah kau sahabat terbaikku wahai semut Pekerja?” kata-kata manis pun terucap dari mulut semut Prajurit.
Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam, semut Pekerja menerima pekerjaan untuk menolong sahabatnya itu. Dengan senyuman ia menolong, dengan senyuman ia bekerja, dan dengan senyuman pula ia membantu sahabat karibnya tanpa mengetahui apa sebenarnya niat sahabatnya itu.
Waktu berjalan singkat, tak terasa sudah 30 menit berlalu sejak semut Pekerja menjaga lumbung itu untuk menggantikan pekerjaan sahabatnya. Sekonyong-konyong datang sahabatnya, semut Prajurit bersama beberapa semut pengawal, juga sang paduka Ratu turut datang bersamanya.
Ratu semut memerintahkan beberapa pengawal menangkap semut pekerja. Tanpa pikir panjang lagi, pengawal-pengawal itu pun segera menangkap dengan kasar, menyergap sigap semua gerakan tubuh semut Pekerja, bak seekor singa yang tengah menerkam mangsanya, menelan semua dengan matanya, dan mengoyak semua dengan taringnya.
Ia berusaha berontak namun berkali-kali gagal, ia meminta pertolongan kepada sahabatnya namun kembali gagal. Yang tersisa sekarang hanya air mata yang berlinang mengalir keluar melalui celah kedua bola matanya. Putus asa pun menyapanya, ia hanya bisa pasrah menerima.
Ketika semut Pekerja menanyakan alasan mengapa ia ditangkap, dan ia mendapatkan alasan yang sangat mengejutkan. Semut Pekerja ternyata dituduh mencuri pasokan makanan untuk musim dingin yang disimpan di lumbung persediaan makanan. Terlebih lagi yang membuatnya tambah shock adalah yang melakukan semua ini adalah sahabat karibnya sendiri, semut Prajurit.
“Tidak mungkin, aku bukan pelakunya! Aku hanya menggantikan tugas sahabatku saja!” bantah semut Pekerja membela diri. Batinnya terpukul mendengar perkataan sang Ratu, dan pembelaannya sia-sia belaka. Kepedihannya bertambah pekat karena melihat sahabatnya hanya bisa tersenyum sinis kepadanya.
Alhasil, semut Pekerja pun dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan mencuri makanan dari lumbung persediaan makanan musim dingin. Kondisi jiwa dan raga semut Pekerja menurun drastis saat ia dimasukan ke dalam penjara.
Waktu berjalan, hari pun kian berganti. Berita tentang kondisi semut Pekerja pun sampai ke telinga semut Prjaurit. “Aku tak menyangka bahwa akibatnya bisa separah ini, aku menyesal telah melakukan ini kepada sahabatku sendiri. Pokoknya aku harus meminta maaf kepadanya saat ia keluar dari penjara nanti, meski kemungkinan tidak akan dimaafkan aku akan tetap mencoba.” gumam semut Prajurit yang merasa bersalah akibat perbuatan yang telah dilakukannya.

Tahun demi tahun berlalu sejak kejadian menyedihkan itu. Semut Pekerja sudah dibebaskan dari penjara namun kondisi jiwa dan raganya sangatlah parah, bahkan seperti semut yang sedang menghadapi sakaratul maut. Keadaan bertambah ketika ia pulang ke rumahnya, semua tetangga dan temannya yang dulu sangat akrab dengannya kini telah mengucilkannya. Kini dia adalah semut yang dikucilkan, dibuang, dan dicerca oleh setiap semut.
“Aku datang untuk memohon maaf atas semua kesalahan yang telah aku perbuat padamu, wahai sahabat karibku semut Pekerja. Dengan segala hormat aku membuang semua martabat dan harga diriku demi kamu seorang sahabatku,” sapa semut Prajurit ramah untuk meminta maaf. Kata-katanya lembut bagaikan sang singa yang telah mencukur bulu serta rambut yang menjadi mahkota kekuasaan atas semua hewan.
“Wahai sahabatku yang baik, aku sangat menghormatimu sampai sekarang dan terus sampai nanti, dan aku juga menghargai niat baikmu untuk meminta maaf secara tulus kepadaku. Tetapi, maukah kau melakukan satu hal untukku?” tanya semut Pekerja lembut dan lesu.
“Aku bersedia melakukan apa pun yang kau inginkan wahai sahabatku, sebutkanlah apa permintaanmu!” balas semut Prajurit tegas dan penuh kesiapan.
“Ambillah bantal kapuk yang berada di bawah tempat tidurku ini. Bawalah ke atas pohon rambutan itu, sesampainya di atas kau sebarkanlah helai demi helai kapuk yang kau bawa itu!” perintah semut Pekerja sambil menunjuk ke arah pohon rambutan itu berada.
Tanpa pikir panjang semut Prajurit melakukan semua yang diminta sahabatnya. Dia mengambil bantal kapuk, lalu membawanya ke atas pohon rambutan, dan mulai menyebarkannya ke segala arah. Kapuk pun berterbangan menuju angkasa luas tanpa ada yang mengetahui tujuannya.
“Apakah kau sudah melakukan semua yang aku pinta sahabatku?” tanya semut Pekerja.
“Sudah wahai sahabatku yang ramah, aku sudah melakukannya sesuai dengan petunjukmu,” balas semut Prajurit
“Kalau begitu, ambilah helaian kapuk yang tadi kau tebarkan dan susun kembali menjadi sebuah bantal!” jawab semut Pekerja lembut namun tegas.
“Mana mungkin itu aku lakukan? Aku tidak bisa mengumpulkan semua kapuk itu kembali. Maaf beribu maaf sahabatku, aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu yang satu ini,” jawab semut Prajurit terheran-heran.
“Begitu juga dengan perbuatan yang kau lakukan kepadaku, kau telah mencemarkan nama baikku di depan Ratu, di depan tetangga, teman dan semua semut, bahkan kau jebloskan aku ke penjara dengan memfitnahku,” semut Pekerja meluruskan semua permasalahan yang dialaminya. “Semua perbuatan yang kau lakukan sudah tidak bisa dikembalikan lagi seerti sedia kala, lalu apa gunanya minta maaf sekarang, jika aku sudah memaafkanmu apa ada yang berubah?” tambah semut Pekerja.
Semut Prajurit terpana mendengar jawaban sahabat karibnya, semut Pekerja. Mulut dan tubuhnya kaku memandang lesu pada perbuatan yang dilakukannya di masa silam. Hanya linangan air mata yang memberontak keluar dari kelopak matanya.


Curug Cilember, 27 Juni 2010
14:49